A. Teori Roe tentang Kepribadian dan Perilaku Okupasional
Menurut Osipow (1968), teori Roe memiliki tiga komponen penting. Pada komponen pertama Anne Roe menekankan unsur perkembangan dalam pemilihan kaier, lebih-lebih corak pergaulan dengan orang tua selama masa kecil dan pola pendidikan yang diterapkan oleh orang tua kepada anak kecil. Dalam bukunya The Psychology of Occupations (1956), Roe menekankan dampak dari keseluruhan dampak dari keseluruhan pengalaman anak kecil dalam lingkungan keluarga inti terhadap perkembangan jabatan. Dia meneliti pengaruh dari gaya interaksi antara orangtua dan anak, serta pengaruh dari pola pendidikan keluarga terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dikembangkan oleh anak dan hubungan antara struktur kebutuhan pribadi itu dengan gaya hidup pada unsur dewasa kelak. Tema kepribadian kedua yang berhubungan dengan teori pilihan vokasionalnya adalah teori “kebutuhan” Maslow. Komponen ketiga dalam formulasi-formulasinya adalah pendapatnya mengenai pengaruh-pengaruh genetik terhadap keputusan-keputusan vokasional dan juga dalam perkembangannya dalam pembicaraannya.
Tampaknya bahwa teori Roe sendiri memiliki dua taraf. Taraf pertama berkenaan dengan pernyataan-pernyataan umumnya yang amat sukar untuk dites secara empiris. Porsi teori ini menyatakan bahwa latar belakang genetik setiap individu mendasari kemampuan-kemampuan dan minat-minat, yang pada gilirannya berhubungan pilihan vokasional. Selanjutnya, tiap individu dalam menggunakan energi psikisnya tidak sepenuhnya berada di bawah kontrolnya, dan penggunaan energi yang tidak sengaja ini, yang agaknya ditentukan secara genetik. Bersama dengan penggunaan energi psikis adalah perkembangan keunggulan-keunggulan kebutuhan yang sebagian didasarkan pada frustasi-frustasi dan kepuasan-kepuasan pada masa kanak-kanak awal dan sebagian pada
faktor-faktor genetik. Faktor-faktor genetik dan hierarki-hierarki kebutuhan secara bersama-sama mempengaruhi pilihan vokasional, sebagai bagian dari efeknya terhadap pola hidup seluruhnya.
Taraf kedua dari teori ini berkenaan dengan perkembangan pola-pola dan kekuatan-kekuatan kebutuhan-kebutuhan pokok yang dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman di masa kanak-kanak. Interaksi-interaksi yang Roe gambarkan dalam porsi teorinya ini lebih eksplisit dan lebih terbuka untuk validasi empiris daripada pernytaan-pernyataan umumnya tentang energi psikis dan struktur genetik dari kepribadian.
Roe menggolongkan seluruh jabatan atas dua kategori atas dua kategori dasar, yaitu jabatan yang berorientasi pada kontak dengan orang lain (person oriented) dan yang berorientasi pada benda-benda (non-person oriented). Menurut Roe pilihan kategori jabatan terutama terutama ditentukan oleh kemampuan seseorang dan latar belakang sosial-kulturalnya. Namun, dalam karya tulisnya, Roe meninggalkan pandangannya bahwa corak pergaulan orang tua dengan anak yang berbeda-beda akan menghasilkan pilihan jabatan yang berlainan. Diakuinya, bahwa masih terdapat aneka faktor lain yang mempengaruhi pilihan jabatan, meskipun arah orientasi yang ditanamkan pada usia sangat muda dikatakan kiranya tetap berpengaruh pada pilihan-pilihan yang menyangkut jabatan yang dipegang di kemudian hari. Roe menegaskan pula, bahwa tidak terdapat hukum yang mengatakan: “hanya ada satu-satunya jabatan yang paling cocok bagi seseorang” atau “hanya ada satu-satunya orang yang paling tepat untuk memegang jabatan tertentu”.
Samuel H. Osipow dalam bukunya Theories of Career Development (1973) berpendapat bahwa konselor sekolah dapat membantu orang muda, yang ternyata belum mengenal dirinya sendiri mengenai pengaruh kebutuhan pokok yang dilandasi motivasinya dalam memperjuangkan suatu gaya hidup, untuk berefleksi diri. Persoalan yang dihadapi konselor adalah, apakah dia sebaiknya berusaha meningkatkan tahap kebutuhan orang muda itu, karena jaminan ekonomis saja tidak mesti membuat orang dewasa akan selalu merasa bahagia.
B. Teori Pilihan Okupasional dari Ginzberg
Teori pilihan okupasional Ginzberg sebenarnya adalah suatu teori perkembangan akupasional, yang menggambarkan upaya-upaya bersama dari seorang ahli ekonomi, seorang psikiater, seorang ahli sosiologi, dan seorang ahli psikologi. Ginzberg, Ginzburg, Axelrad, dan Herma adalah pioner-pioner dalam formulasi konsep pilihan karier sebagai suatu proses yang terbuka sepanjang waktu. Pandangan-pandangannya yang mula-mula tentang proses pilihan okupasional adalah sebagai berikut:
1. Pilihan okupasional adalah suatu proses perkembangan yang secara khas berlangsung sepanjang periode umur 10 sampai 15 tahun.
2. Proses itu sebagian besar tidak dapat berubah.
3. Proses pilihan okupasional berakhir dalam suatu kompromi antara minat-minat, kapasitas-kapasitas, nilai-nilai, dan kesempatan-kesempatan
4. Ada tiga periode pilihan okupasional yaitu fantasi, tentatif, dan realistik.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan okupasional seseorang adalah nilai-nilai individual, faktor-faktor emosional, taraf dan jenis pendidikan, dan dampak realitas melalui tekanan-tekanan lingkungan.
Menurut teori perkembangan ini, individu bergerak maju atau berkembang melalui serangkaian tahapan, yaitu:
1. Periode fantasi, sebelum usai sebelas tahun; kebutuhan-kebutuhan dan impuls-impuls diterjemahkan ke dalam pilihan-pilihan okupasional. Anak-anak merasa bahwa mereka dapat melakukan apa saja yang mereka hendak lakukan.
2. Periode tentatif, umur-umur sebelas sampai tujuh belas tahun; minat-minat, kemampuan-kemampuan, dan nilai-nilai digunakan dalam melakukan pilihan-pilihan. Sub-sub tahap dari periode tentatif adalah:
a. Sub tahap minat, sekitar umur sebelas sampai dua belas; Minat-minat merupakan basis primer bagi pilihan, tetapi kemampuan-kemampuan diperlukan.
b. Sub tahap kapasitas, dari umur tiga belas sampai empat belas; kapasitas-kapasitas dipertimbangkan dalam perencanaan, tetapi pengetahuan tentang itu tidak lengkap, sehingga pilihan-pilihan masih tentatif
c. Sub tahap nilai-nilai, sekitar umur lima belas sampai enam belas; nilai-nilai masuk dalam proses pilihan, mendominasi minat-minat dan kapsitas-kapasitas.
d. Sub tahap transisi, kira-kira umur tujuh belas; faktor-faktor sebelumnya digabungkan dan digunakan dalam memilih. Faktor-faktor realitas belum cukup banyak dilibatkan. Individu menyadari bahwa keputusan-keputusan sekarang akan mempengaruhi masa depannya.
3. Periode realistik, umur tujuh belas sampai dewasa muda. Pilihan-pilihan dilakukan selama periode ini. Terdapat kompromi-kompromi antara faktor-faktor realitas-persyaratan-persyaratan pekerjaan pendidikan-dan faktor-faktor pribadi. Sub tahap dari periode realistik adalah:
a. Eksplorasi, tahap realistik dimulai dengan eksplorasi; kesempatan-kesempatan diperiksa untuk terakhir kali, dan pilihan-pilihan dipertimbangkan
b. Kristalisasi, individu benar-benar melakukan pilihan. Kompromi merupakan hal penting.
c. Spesifikasi, pilihan dibatasi; individu menjadi begitu spesifik dan mengambil langkah-langkah untuk mengimplementasikan keputusan.
Pada tahun 1972, Ginzberg mengajukan beberapa modifikasi terhadap teorinya semula sebagai berikut:
1. Proses, pilihan dan perkembangan vokasional adalah sepanjang hidup dan terbuka. Sebab-sebab utama dari perubahan okupasional selanjutnya tampaknya merupakan umpan balik dari kepuasan-kepuasan yang berhubungan dengan pilihan semula, tingkat kebebasan yang berhubungan dengan perubahan tanggung jawab-tanggung jawab, dan tekanan-tekanan atau pilihan-pilihan dalam pekerjaan individu sekarang.
2. Tidak dapat dirubah, tidak lagi dipandang valid
3. Optimisasi, sebagai pengganti kompromi. Mendapatkan pekerjaan yang paling sesuai adalah suatu proses yang terus berlangsung. Upaya terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang paling penting melalui kesempatan-kesempatan yang tersedia, dengan mengingat kembali kendala-kendala operatif.
4. Kendala-kendala sedapat mungkin perlu diberi bobot. Ginzberg mengidentifikasi kendala-kendala ini seperti situasi keluarga yang berpenghasilan rendah; sikap-sikap dan nilai-nilai orang tua; tidak cukupnya lembaga pendidikan, termasuk kegagalannya mengejar perubahan kesempatan-kesempatan bagi wanita; keanggotaan kelompok minoritas; dan hubungan yang tidak efektif antara tingkat sekolah dan antara sekolah-sekolah dan pekerjaan-pekerjaan, lembaga-lembaga masyarakat, angkatan bersenjata, dan lembaga-lembaga lainnya.
5. Struktur kesempatan dari dunia kerja diberi bobot yang lebih besar.
6. Orientasi nilai sekarang diberi bobot yang lebih besar dan dipandang memainkan peranan utama dalam pencarian kepuasan individual. Gaya hidup individu juga mempunyai dampak terhadap keputusan-keputusan vokasional sebagai upaya yang dilakukan untuk mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan aktivitas-aktivitas lainnya.
Adapun implikasi dari pendekatan ini adalah bahwa karena perkembangan karier berlangsung sepanjang hidup, maka bantuan konseling karier, eksplorasi karier, dan pengambilan keputusan harus tersedia bagi individu-individu untuk semua umur dan semua keadaan.
C. Teori Super tentang Perkembangan Karier
Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor tersebut untuk sebagian terdapat pada individu sendiri dan untuk sebagian dalam lingkungan hidupnya, yang semuanya berinteraksi satu sama lain dan sama-sama membentuk proses perkembangan karier seseorang. Pilihan jabatan merupakan suatu perpaduan dari aneka faktor pada individu sendiri seperti kebutuhan, sifat-sifat kepribadian serta kemampuan intelektual, dan banyak faktor di luar individu, seperti taraf kehidupan sosial-ekonomi keluarga, variasi tuntutan lingkungan kebudayaan, dan kesempatan/kelonggaran yang muncul. Namun, titik beratnya terletak pada faktor-faktor pada individu sendiri. Donald Super menaruh perhatian pada psikologi diferensial sebagai cabang ilmu psikologi yang mempelajari perbedaan bermakna individu-individu, antara lain dengan menggunakan alat-alat tes untuk memperoleh data tentang berbagai ciri kepribadian yang jelas mempunyai kaitan dengan memegang suatu jabatan. Dalam hal ini Super mengakui sumbangan positif dan teori Trait and Factor, yang untuk sebagian bergerak dalam psikologi diffensial.
Unsur yang mendasar dalam pandangan Super adalah konsep diri atau gambaran diri sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan dan jabatan yang akan dipegang, yang merupakan sebagian dari keseluruhan gambaran tentang diri sendiri. Data hasil penelitian memberikan indikasi yang kuat bahwa gambaran diri yang vokasional berkembang selama pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif; perkembangan ini berlangsung melalui observasi terhadap orang-orang yang memegang jabatan tertentu, melalui identifikasi dengan orang dewasa yang sudah bekerja, melalui penghayatan pengalaman hidup, dan melalui pengaruh yang diterima dari lingkungan hidup. Dengan menyadari kesamaan dan perbedaan di antara diri sendiri dan semua orang lain, akhirnya akan terbentuk suatu gambaran diri yang vokasional. Gambaran diri ini menumbuhkan dorongan internal yang mengarahkan seseorang ke suatu bidang jabatan yang memungkinkan untuk mencapai kesuksesan dan merasa puas. Dengan demikian, seseorang mewujudkan gambaran diri dalam suatu bidang jabatan yang paling memungkinkan untuk mengekspresikan diri sendiri.
Proses perkembangan karier dibagi atas lima tahap, yaitu fase Pengembangan (Growth) dari saat lahir samapi umur lebih kurang 15 tahun, di mana anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri; fase Eksplorasi (Exploration) dari umur 15 sampai 24 tahun, dimana orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat; fase Pemantapan (Establishment) dari umur 25 sampai 44 tahu, yang bercirikan usaha tekun memantapkan diri melalui seluk beluk pengalaman selama menjalani karier tertentu; fase Pembinaan (Maintenance) dari umur 45 sampai 64 tahun, di mana orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya; fase Kemunduran (Decline), bila orang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya. Kelima tahapan ini dipandang sebagai acuan bagi munculnya sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam suatu jabatan, yang tampak dalam tugas-tugas perkembangan karier.
Pandangan Super oleh banyak pakar Psikologi Vokasional dinilai sebagai teori yang paling komprehensif dan mendapatkan banyak dukungan dari hasil penelitian. Pandangan Super mengandung beberapa implikasi bagi pendidikan karier dan konseling karier yang sangat relevan. Konsepsi Super tentang gambaran diri dan kematangan vokasional menjadi pegangan bagi seorang tenaga pendidik bila merancang program pendidikan karier dan bimbingan karier, yang membawa orang muda ke pemahaman diri dan pengolahan informasi tentang dunia kerja, selaras dengan tahap perkembangan karier tertentu. Dengan kata lain, program pendidikan karier dan bimbingan karier di SD, SMP, dan SMA bertujuan secara berangsur-angsur mengangkat para siswa ke tahap pemahaman diri dan pengolahan informasi yang lebih tinggi dan lebih matang. Dalam konseling karier, bilamana konselor berhadapan dengan seorang konseli, konselor harus memperhatikan taraf kematangan vokasional yang telah dicapai konseli.
D. Perkembangan Karier Orang Dewasa
Teori-teori perkembangan karier orang dewasa dapat dipandang sebagai suatu rentangan sepanjang kontinuum, tergantung pada apakah teori-teori ini menerangkan perilaku karier adaptif dengan umur kalender, tahap-tahao kehidupan, sepanjang hidup, keistimewaan individu, atau transisi-transisi.
Dari perspektif umur kalender, Levinson dan sejawatnya bermaksud mengidentifikasi periode-periode perkembangan orang dewasa yang relatif universal, genotipik, dan berkaitan dengan umur. Mereka menyatakan bahwa salah satu kejutan terbesar adalah variabilitas yang relatif rendah dalam usia dimana setiap periode mulai dan berakhir. Penemuan ini menggugurkan ide-ide yang selama ini dipegang dan dihargai bahwa individu dewasa berkembang dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Levinson, Darrow, Klein, Levinson, dan McKee (1978) yang menerangkan perilaku orang dewasa menurut umur dan tahap-tahap perkembangan sekuensial, membagi perilaku orang dewasa ke dalam enam periode sekuensial atas dasar umur:
1. Meninggalkan keluarga - remaja akhir sampai kira-kira 22 tahun;
2. Memasuki dunia orang dewasa - permulaan sampai akhir umur 20-an
3. Kemantapan - permulaan usia 30-an sampai permulaan umur 40-an
4. Menjadi orang yang berdiri sendiri – umur 35 sampai 39
5. Transisi tengah umur – permulaan 40-an
6. Rehabilitasi dan awal masa pertengahan usia dewasa – pertengahan dan akhir 40-an.
Kelompok kedua dari ahli-ahli yang mengunakan tahap-tahap kehidupan menyatakan bahwa umat manusia tanpa terkecuali melalui sekuensi tahapan-tahapan perkembangan. Havighust melihat tugas-tugas orang dewasa terutama yang berasal dari peranan sosial seperti pekerja, pasangan, orang tua, ibu rumah tangga, penduduk. Ia menyimpulkan bahwa setiap tugas perkembangan menghasilkan kesiapan untuk belajar, yang pada puncaknya menampilkan suatu momen yang dapat diajari. Beberapa dari tugas-tugas menurut pengaturan Havighust adalah sebagai berikut:
Dewasa Awal Dewasa Madya Dewasa Lanjut
1. Memilih pasangan
2. Belajar hidup dengan pasangan
3. Mengelola rumah tangga
4. Membesarkan anak
5. Mulai okupasi
6. Tanggung jawab sebagai warga negara 1. Memperoleh tanggung jawab sebagai warga negara
2. Memelihara rumah tangga
3. Membimbing remaha
4. Mengembangkan waktu luang
5. Penyesuaian kepada perubahan-perubahan 1. Menyesuaikan diri kepada kesehatan atau pendapatan menurun
2. Menyesuaikan diri kepada kehilangan pasangan
3. Memenuhi kewajiban-kewajiban sosial
4. Berafiliasi dengan kelompok umur sendiri
5. Penyesuaian kepada pengunduran diri
Dengan menggunakan masa hidup sebagai fokus, beberapa ahli berpegangan pada posisi yang didasarkan pada premis-premis berikut:
1. Perubahan developmental dan usia lanjut merupakan suatu proses berkesinambungan yang tidak terbatas pada suatu tahap dalam kehidupan.
2. Perubahan berlangsung dalam berbagai interrelasi bidang-bidang sosial, psikologis, dan biologis dari perilaku manusia.
3. Perkembangan kehidupan ditentukan oleh banyak faktor.
Perkembangan orang dewasa merupakan gabungan dari kontinuitas dan perubahan. Ahli-ahli yang melihat kedewasaan dari perspektif ini mempertimbangkan aspek-aspek berkesinambungan dari pengalaman orang dewasa; perubahan berlangsung terus selama hidup; terdapat variasi-variasi mengenai bagaimana kelompok-kelompok mengalami kedewasaan; dan perbedaan-perbedaan sosioekonomik, rasial dan etnik.
E. Pengambilan Keputusan
Secara historis, model-model pengambilan keputusan berasal dari ekonomi. Asumsi pokok dari kebanyakan pendekatan ini, didasarkan pada teori ekonomi Keynesian, adalah bahwa orang memilih suatu tujuan karier atau suatu okupasi yang akan memaksimalkan perolehan dan meminimalkan kerugian.
Teori pengambilan keputusan menyarankan bahwa walaupun perkembangan karier merupakan suatu proses yang berkesinambungan, menjadi titik-titik keputusan penting bila individu-individu menghadapi seleksi masuk pekerjaan untuk pertama kalinya, perubahan dalam pekerjaan-pekerjaan atau perubahan dalam rencana-rencana pendidikan. Salah satu teori pengambilan keputusan yang terkenal adalah dari Tiedeman dan O Hara. Teori ini menyatakan bahwa identitas-identitas karier individu terbentuk oleh proses-proses pengambilan keputusan yang menjadi sasaran pemahaman dan kehendak individu.
Beberapa implikasi yang bersumber dari teori-teori pengambilan keputusan karier adalah sebagai berikut:
1. Karena pengambilan keputusan berhubungan dengan perkembangan kepribadian dan nilai-nilai, siapkan pengalaman-pengalaman kepada individu-individu yang memberikan kontribusi pada kematangan emosional, konsep diri, dan orientasi nilai-nilai.
2. Karena salah satu dari langkah-langkah pertama dalam mengambil keputusan adalah pengumpulan informasi, sediakan sumber-sumber informasi kepad individu-individu dan bagaimana menggunakannya.
3. Karena individu biasanya menggunakan berbagai strategi pengambilan keputusan, berilah kemudahan menemukan strategi-strategi dan bagaimana meningkatkannya.
4. Karena pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang dipelajari, ajarkanlah keterampilan-keterampilan khusus dalam mengambil keputusan kepada individu
5. Karena membuat pilihan-pilihan adalah tanggung jawab dari pemilih, berilah individu alat sehingga mereka dapat mengidentifikasi dan membuat keputusan sendiri.
F. Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial tersusun dari empat kategori faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karier, yaitu:
1. Bawaan genetik dan kemampuan-kemampuan khusus, seperti ras, jenis kelamin, intelegensi.
2. Kondisi-kondisi dan peristiwa-peristiwa lingkungan, seperti kesempatan-kesempatan pekerjaan dan latihan serta pengalaman-pengalaman keluarga
3. Pengalaman-pengalaman belajar, seperti belajar instrumen dan asosiatif
4. Keterampilan-keterampilan pendekatan tugas, seperti keterampilan-keterampilan belajar menyukai kebiasaan-kebiasaan bekerja baik.
Keempat tipe pengaruh ini berinteraksi untuk menghasilkan tiga jenis konsekuensi:
1. Generalisasi-generalisasi observasi diri
2. Keterampilan-keterampilan pendektan tugas
3. Tindakan-tindakan.
Beberapa implikasi pendekatan belajar sosial antara lain sebagai berikut: karena minat-minat dan keterampilan-keterampilan pengambilan keputusan dipelajari, persiapkan pengalaman-pengalaman melalui program pengembangan karier yang terkoordinasi untuk memungkinkan orang memperoleh berbagai pengalaman yang seluas mungkin; karena pengambilan keputusan karier merupakan proses yang dipelajari dan karena serupa dengan pengambilan keputusan pada bidang-bidang kehidupan non karier, ajarkanlah pengambilan keputusan sebagai suatu keterampilan yang dapat digunakan dalam semua bidang kehidupan.
G. Teori Kognitif-Behavioral
Menurut Rest (1974) teori-teori kognitif perkembangan dibangun sekitar organisasi struktural, sekuensi perkembangan, dan interaksionisme.
Organisasi struktural. Pemerosesan informasi sangat penting dalam model-model kognitif. Individu kelihatan sebagai penginterpretasi terhadap lingkungannya. Individu secara selektif memperhatikan stimuli tertentu, mengatur stimuli dalam suatu urutan yang bermakna, dan mengembangkan prinsip-prinsip yang memandu perilaku dan memecahkan masalah-masalah. Cara-cara orang memroses infomasi secara relatif ditentukan oleh pola-pola yang tetap disebut struktur kognitif. Struktur ini menentukan bagaimana orang memandang dirinya, orang lain dan lingkungan. Cara orang berpikir akan menentukan bagaimana orang berperilaku. Perubahan struktur kognitif harus berlangsung sebelum perubahan dalam perilaku berlangsung.
Sekuensi perkembangan. Perkembangan individu dianggap berlangsung melalui sekuensi tahap-tahap hierarki yang tetap. Setiap tahap melibatkan berbagai cara berpikir. Diferensiasi dan integrasi kognitif yang lebih besar diperlukan bila orang meningkat ke taraf yang lebih tinggi. Karena orang-orang berkembang melalui berbagai tahap, pandangan mengenai dirinya dan dunia diperluas dan menjadi lebih kompleks.
Interaksionisme. Perkembangan dilihat sebagai hasil dari suatu interkasi antar individu dan lingkungannya. Kematangan atau kesiapan individu harus disesuaikan dengan kesempatan yang diberikan oleh lingkungan agar pertumbuhan dapat berlangsung. Pertumbuhan dihasilkan bila individu dihadapkan pada stimuli dari lingkungan yang tidak dapat ditangani oleh konsepsi-konsepsi kognitifnya. Ini menciptakan disonansi atau ketidakseimbangan. Terlalu banyak disonansi akan menghambat pertumbuhan, karena itu yang penting adalah pertumbuhan berlangsung dengan kecepatan yang mantap dan berangsur-angsur.
Berikut ini ada lima strategi intervensi kognitif yang efektif:
1. Eksplorasi fantasi karier terpimpin. Individu diminta membayangkan suatu hari kerja khusus dalam berbagai profesi, apa yang akan suka dilakukan atau dikerjakan pada berbagai periode di masa depan, keuntungan-keuntungan apa yang mereka akan nikmati pada berbagai pekerjaan
2. Terapi rasional emotif. Strategi ini dimaksudkan untuk mengeliminasi ide-ide irasional yang mencegah individu dari berpikir dan berbuat produktif. Ketika mereka berkembang dengan sistem-sistem kepercayaan yang lebih rasional tentang diri dan lingkungannya, mereka menjadi mampu mengambil keputusan karier yang tepat.
3. Eliminasi skema kognitif disfungsional. Upaya diarahkan kepada mengidentifikasi dan mengeliminasi hal-hal berikut: menarik kesimpulan dimana bukti-buktinya kurang, mengambil keputusan atas dasar kejadian tunggal, melebih-lebihkan aspek negatif atau mengabaikan aspek-aspek positif dari suatu peristiwa karier, terlalu menghubungkan peristiwa-peristiwa okupasional yang negatif dengan dirinya, dan mempersepsikan kejadian-kejadian karier hanya yang ekstrim saja.
4. Teknik-teknik pengajaran diri. Individu diajarkan tentang proses-proses yang meningkatkan pencapaian tujuan. Ini bisa mencakup hal-hal seperti: identifikasi tujuan-tujuan, langkah-langkah potensial yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan, masalah-masalah potensial yang menghambat kemajuan, pemecahan-pemecahan pengganti, dan memuji diri untuk setiap langkah yang diselesaikan.
5. Kontrol diri kognitif. Individu diajarkan untuk memajukan perkembangan karier dengan mencari informasi yang relevan. Pemantauan perilaku diri sendiri, dengan menggunakan penguatan diri dan penyiksaan diri untuk mengembangkan perilaku yang pantas, dan ikut serta dalam aktivitas-aktivitas alternatif yang mengurangi atau mengeliminasi perilaku yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Manrihu, Mohammad Thayeb. 1988. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier. Jakarta: Bumi Aksara.
Winkel, W.S dan Sri Hastuti. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarat: Media Abadi.
Leia Mais...